Selasa, 20 Juli 2010
Kelapa Ajaib
Senin lalu, saya bareng adek dan teman2 saya janjian untuk menghadiri acara nikahan teman prajab kami. Setelah itu (berhubung dikantor ga da kerjaan), salah satu dari teman saya ngasih ide untuk nongkrongin es kelapa muda andalan di Jl. Persatuan Raya, depan Wisma Hawai, yg katanya paling enak di Sinjai. Entah karena kehausan atau mau ngebuang semua racun, Ika (tetangga, teman kantor, teman ngider, teman ini dan itu...)yg notabene si empunya ide, mesen segelas es kelapa muda plus sebiji kelapa muda lagi. Setelah kami enek ngabisin es kelapa muda masing2, Ika masih aja sibuk dgn kelapanya yang bulet sebiji. Tunggu punya tunggu...Ika nyeletuk,"Nih kelapa ndak abis-abis!!". Awalnya kami cuma cekikikan. Tapi beberapa menit kemudian, dia nyeletuk lagi, "Serius, ini kelapa ndak abis-abis!" sambil ngintip kedalam kelapa melalui lubang kecil seiprit tempat nengkrengnya sedotan. Alhasil, kami jadi ikut2an ngintipin si kelapa bulet yg katanya gak abis-abis itu. "KELAPA AJAIB" itulah akhirnya hasil musyawarah untuk mufakat. Kelapanya yang memang ajaib ato kemampuan Ika aja yang terbatas...! Estimasi yang agak bego memang hehe. Jadilah, waktu mau bayar, Reny (salah satu teman dan rela jadi driver baik hati)bilang sama si penjual. "Brapa semuanya? es kelapa 4, kelapa ajaib 1"....
Senin, 19 Juli 2010
tas bagus, tas murah...yuk mariii!!!
Normalnya perempuan, emang paling gak bisa mengontrol diri klo dah ngeliat barang bagus. Tadi, masih pagi-pagi dan masih di kantor pula, teman dari ruangan sebelah bawa barang dagangan tas. Spontan, teman satu bagian yang sama shopaholicnya sama saya, bereaksi cepat. Jadilah kami pagi-pagi dah ribut dan ribet memilih-milih tas; mana yang bagus, mana yang lucu, mana yang nggak pasaran, mana yang warnanya nggak norak, dan berapa harganya. Waktu temen cowok saya nelpon, automatically dia jadi terperangkap dalam sahut-sahutan, "Ini nih, warna ijo-nya nggak pasaran..", "Yang ini pas deh sama baju hansip, buat hari senin", "Yang ini agak mahalan, 170" serta bla-bla-bla yang lain. Temen cowok saya itu langsung komen,"Kayak di pasar!". Saya pun cuma sedikit cekikikan dan mengiyakan. Wong memang begitu faktanya.

gambar ini mirip sama tas yg tadi dijual dan saya taksir, warnanya sama tapi satu lagi berwarna coffee creme...gak sama persis tapi lumayan representatif untuk dijadikan ilustrasi
Syukurlah setelah lama berkutat dengan tas-tas itu, salah satu dari kami mutusin untuk membeli salah satu tas (yg menurut saya paling bagus). Kenapa saya bilang syukur, karena biasanya...hal yang paling gak ngenakin kalo ada setumpuk jualan, segerombolan calon pembeli, sejuta komentar, dan berkali-kali pose dengan barang jualan akhirnya hanya berakhir dengan "Lain kali yah...tunggu tanggal muda". FIUHH!!
Tapi inilah seninya menjadi cewek, mulai dari nongkrongin barang dagangan orang, menimbang-nimbang kelamaan, sampe memutuskan membeli barang pilihan sesuai selera (walau pada kasus saya, sering membeli tanpa alasan yang rasional). Intinya...kami cewek hanya berusaha menyenangkan diri, memuaskan hati, menampilkan yang terbaik, dan memberi jalan pahala bagi orang yg memuji kami jika kami tampil lebih baik...menurut anda???

gambar ini mirip sama tas yg tadi dijual dan saya taksir, warnanya sama tapi satu lagi berwarna coffee creme...gak sama persis tapi lumayan representatif untuk dijadikan ilustrasi
Syukurlah setelah lama berkutat dengan tas-tas itu, salah satu dari kami mutusin untuk membeli salah satu tas (yg menurut saya paling bagus). Kenapa saya bilang syukur, karena biasanya...hal yang paling gak ngenakin kalo ada setumpuk jualan, segerombolan calon pembeli, sejuta komentar, dan berkali-kali pose dengan barang jualan akhirnya hanya berakhir dengan "Lain kali yah...tunggu tanggal muda". FIUHH!!
Tapi inilah seninya menjadi cewek, mulai dari nongkrongin barang dagangan orang, menimbang-nimbang kelamaan, sampe memutuskan membeli barang pilihan sesuai selera (walau pada kasus saya, sering membeli tanpa alasan yang rasional). Intinya...kami cewek hanya berusaha menyenangkan diri, memuaskan hati, menampilkan yang terbaik, dan memberi jalan pahala bagi orang yg memuji kami jika kami tampil lebih baik...menurut anda???
Today's Favourite : Helm Doraemon



HELM DORAEMON
Sudah 3 bulanan saya nyari-nyari helm doraemon. Dulu,pacar ngajak saya liat2 helm, sayangnya helm cowboy doraemon yang saya lihat warnanya hitam dan gold. Lumayan keren sebenarnya, tapi nggak 'saya' banget, saya suka warna merah maroon dan kalopun gak ada yg warnanya maroon at least doraemon banget. Setelah saya punya dua helm (yang akhirnya dikasih label stiker doraemon), hari ini saya baru nemu online shop yang jualan helm doraemon. So, saya pikir mau saya lihat2 dulu, kalo ada yang bikin takjub kemungkinan saya beli. Tapi kalo gak ada love at the first sight rasanya saya mundur aja. Gak mungkin kan saya jadi punya 3 helm cuma karena gak ketemu helm doraemon yg pas???.
Minggu, 18 Juli 2010
SOMETIMES I FEEL...2
Sometimes I Feel....
CONFUSED! Yup, bingung...Why do they look at him like an alien? Why do they list too much weaknesses? Tapi begitu menyangkut orang lain...they have too much excuses! WHY? Kenapa semua excuses itu untuk orang lain? bukan untuk dia?
Sometimes I Feel....
I Wanna SCREAM and tell the world that i do luv him for no reason...i'm just in luv and i just dunno why...even when i know and i'm scared that it might break me one day...
CRIES.....
CONFUSED! Yup, bingung...Why do they look at him like an alien? Why do they list too much weaknesses? Tapi begitu menyangkut orang lain...they have too much excuses! WHY? Kenapa semua excuses itu untuk orang lain? bukan untuk dia?
Sometimes I Feel....
I Wanna SCREAM and tell the world that i do luv him for no reason...i'm just in luv and i just dunno why...even when i know and i'm scared that it might break me one day...
CRIES.....
My DIARY (bunch of laughs and tears)
BELUM SIAP
Saya memang decision maker yang buruk
Saya memang petarung yang payah
Saya memang pecinta yang tidak sempurna
Saya memang anak yang kurang berbakti
Saya memang cuma manusia
Dan untuk memilih, melepaskan, dan melupakan....
Saya belum siap!!!
Saya memang decision maker yang buruk
Saya memang petarung yang payah
Saya memang pecinta yang tidak sempurna
Saya memang anak yang kurang berbakti
Saya memang cuma manusia
Dan untuk memilih, melepaskan, dan melupakan....
Saya belum siap!!!
Sabtu, 17 Juli 2010
LEMON BISCUITS
Me & My Tomodachi...(1)
A Lonely, lonely, lonely saturday night, gumamku. Kutebarkan pandangan ke setiap sudut rumah. Tak ada siapa-siapa. Kuputuskan untuk duduk sesaat memikirkan hal menyenangkan yang paling masuk akal yang mungkin dapat kulakukan untuk menghabiskan waktu yang terasa berjalan lambat ini. Namun, bukannya ide-ide cemerlang yang terlintas dikepalaku, melainkan perasaan sepi yang sedang mencari kambing hitamnya.
Hari sabtu ini adalah weekend yang cukup kutunggu-tunggu. Aku sudah hampir seminggu merencanakan weekend berdua yang seru. Namun, rencana tinggal rencana. Dia sudah disibukkan dengan agenda weekend dengan teman-temannya. Alhasil, inilah aku meratapi nasib, tak tahu harus bagaimana. Aku takkan merengek karena aku cukup mengerti dia punya hak untuk menghabiskan waktu dengan teman-temannya.
Aku menjadi sedikit iri melihat tayangan di televisi. Beberapa gadis sedang berbagi cerita seru tentang ini dan itu yang tak ada habisnya. Lalu sesekali mereka tertawa saat memperhatikan gerak-gerik aneh seorang pemuda yang coba mendekati. Fiuhh...., mungkin memang cuma adegan singkat di film tapi cukup membuatku rindu pada sesuatu. Aku rindu sahabat-sahabatku. Aku rindu segala topik yang kami bicarakan bersama sambil menikmati biskuit lemon dan menonton serial Korea. Yup, drama korea yang dikejar sampai ngantri dan rebutan sama ‘jutaan’ orang di sebuah gang di Jl. Moses Gatot Kaca dan fantasinya cukup untuk membuat kami ikut-ikutan heboh seolah-olah tahu isi hati Rain pada Song Hye Kyo (Cuihh)!
Waktu menunjukkan pukul 21.30, bahkan tak ada kabar darinya. Disaat-saat seperti inilah aku sering merasa tak penting. Seolah tak ada seseorang untuk dikabari dimana, sedang apa, dan akan kemana. Aku tahu dia akan menempuh perjalanan cukup jauh dengan teman-temannya. Aku pikir, normalnya, dia tahu bahwa aku cukup khawatir. Lalu apa salahnya memberi kabar?. Kecewa. Mungkin itu yang kurasakan. Tapi, aku sadar, sifat yang tak ingin terikat terus adalah bagian yang tak bisa terpisahkan dari dirinya. Maka konsekuensi menyayangi seseorang adalah menerima itu.
Pikiranku kembali ke suatu hari, tiga tahun yang lalu. Saat itu kepalaku penuh sesak membayangkan harus berpisah dengan orang-orang yang aku sayangi. Meninggalkan Jogja sama seperti meninggalkan rumah bagiku. Meninggalkan mereka sama seperti kehilangan separuh semangat hidupku. Dan di saat-saat seperti inilah, aku merasa benar-benar kehilangan. Kehilangan orang-orang yang menganggapku ada dan bernilai. Aku kesepian.
Aku rindu masa-masa itu. Membahas novel baru, fashion terkini, sampai pria aneh yang mengejar-ngejar di Kampus. Aku ingin kembali ke masa-masa itu. Saat mereka selalu ada saat aku kesepian. Aku rindu sahabat-sahabatku, masa-masa itu, dan biskuit lemon.
Aprilia Nurmala Dewi
Sinjai, July 10th 2010
21.48
A Lonely, lonely, lonely saturday night, gumamku. Kutebarkan pandangan ke setiap sudut rumah. Tak ada siapa-siapa. Kuputuskan untuk duduk sesaat memikirkan hal menyenangkan yang paling masuk akal yang mungkin dapat kulakukan untuk menghabiskan waktu yang terasa berjalan lambat ini. Namun, bukannya ide-ide cemerlang yang terlintas dikepalaku, melainkan perasaan sepi yang sedang mencari kambing hitamnya.
Hari sabtu ini adalah weekend yang cukup kutunggu-tunggu. Aku sudah hampir seminggu merencanakan weekend berdua yang seru. Namun, rencana tinggal rencana. Dia sudah disibukkan dengan agenda weekend dengan teman-temannya. Alhasil, inilah aku meratapi nasib, tak tahu harus bagaimana. Aku takkan merengek karena aku cukup mengerti dia punya hak untuk menghabiskan waktu dengan teman-temannya.
Aku menjadi sedikit iri melihat tayangan di televisi. Beberapa gadis sedang berbagi cerita seru tentang ini dan itu yang tak ada habisnya. Lalu sesekali mereka tertawa saat memperhatikan gerak-gerik aneh seorang pemuda yang coba mendekati. Fiuhh...., mungkin memang cuma adegan singkat di film tapi cukup membuatku rindu pada sesuatu. Aku rindu sahabat-sahabatku. Aku rindu segala topik yang kami bicarakan bersama sambil menikmati biskuit lemon dan menonton serial Korea. Yup, drama korea yang dikejar sampai ngantri dan rebutan sama ‘jutaan’ orang di sebuah gang di Jl. Moses Gatot Kaca dan fantasinya cukup untuk membuat kami ikut-ikutan heboh seolah-olah tahu isi hati Rain pada Song Hye Kyo (Cuihh)!
Waktu menunjukkan pukul 21.30, bahkan tak ada kabar darinya. Disaat-saat seperti inilah aku sering merasa tak penting. Seolah tak ada seseorang untuk dikabari dimana, sedang apa, dan akan kemana. Aku tahu dia akan menempuh perjalanan cukup jauh dengan teman-temannya. Aku pikir, normalnya, dia tahu bahwa aku cukup khawatir. Lalu apa salahnya memberi kabar?. Kecewa. Mungkin itu yang kurasakan. Tapi, aku sadar, sifat yang tak ingin terikat terus adalah bagian yang tak bisa terpisahkan dari dirinya. Maka konsekuensi menyayangi seseorang adalah menerima itu.
Pikiranku kembali ke suatu hari, tiga tahun yang lalu. Saat itu kepalaku penuh sesak membayangkan harus berpisah dengan orang-orang yang aku sayangi. Meninggalkan Jogja sama seperti meninggalkan rumah bagiku. Meninggalkan mereka sama seperti kehilangan separuh semangat hidupku. Dan di saat-saat seperti inilah, aku merasa benar-benar kehilangan. Kehilangan orang-orang yang menganggapku ada dan bernilai. Aku kesepian.
Aku rindu masa-masa itu. Membahas novel baru, fashion terkini, sampai pria aneh yang mengejar-ngejar di Kampus. Aku ingin kembali ke masa-masa itu. Saat mereka selalu ada saat aku kesepian. Aku rindu sahabat-sahabatku, masa-masa itu, dan biskuit lemon.
Aprilia Nurmala Dewi
Sinjai, July 10th 2010
21.48
DEADLINE OH DEADLINE...
Dulu, sebelum akhirnya bekerja di kantor saya sekarang, tidak pernah terlintas sedetik pun untuk jadi Pegawai Negri Sipil. Stereotype negatif dan gambaran umum yang sering saya dapatkan membuat saya sangat ogah kalau harus menjadi PNS. What the hell should i do? pikir saya waktu itu. Tapi, saya nggak tahu apa namanya, sudah jodoh saya atau bagaimana, disinilah saya pada akhirnya; menjadi staf di instansi pemerintah.
Kalau akhirnya saya pelan-pelan bisa menikmati pekerjaan ini, maka dua alasan utamanya adalah suasana kerja yang menyenangkan dan tugas menulis yang diberikan atasan pada saya. Yup, alasan kedua menjadikan saya merasa (at least) sedikit menemukan diri saya yang dulu. Saya suka menulis sejak masih duduk di bangku SD. Waktu luang saya dihabiskan dengan menulis, menulis, dan menulis. Walaupun genre tulisan saya sekarang dengan yang dulu sangat jauh berbeda, tapi saya sudah cukup lega dengan tetap bisa menulis.
Dari fiksi bernuansa Korea dan Jepang, kini saya beralih ke berita atau advetorial penting mengenai kebijakan dan kegiatan pemerintah daerah. Dari imajinasi ke fakta yang gak boleh main-main. Akhirnya berkenalanlah saya dengan apa yang orang sebut deadline.
Berhubung advetorial yang kami pegang harus terbit tiap senin, maka wiken saya lebih banyak tersita untuk mengejar deadline minggu siang. Mulai dari menulis advetorial sampai mencari foto-foto yang sesuai. Kedengarannya sih gampang, tapi pada prakteknya lumayan ribet juga. Bayangin kalau harus mempromosikan suatu instansi sementara saya sama sekali buta tentang instansi tersebut dan segala programnya. Alhasil, saya dan teman pernah begadang dikantor orang demi mencari narasumber.
Sedikit-sedikit deadline....begitu mungkin keluhan orang-orang yang sering saya batalkan janjinya. Mulai dari undangan teman sampai ke acara piknik bersama sudah sering dilewatkan untuk deadline. Mengeluh? well, a little. Kadang merasa tertekan dengan schedule, tapi justru pekerjaan menulis ini yang membuat saya merasa menjadi diri saya di kantor. That's why, saya tidak pernah berpikir kalau deadline-deadline itu membebani saya. Walaupun, keluarga dan pacar pernah mengeluhkan urusan deadline ini. Ortu sering kebingungan melihat saya keluar malam untuk urusan 'deadline'. Mereka sering merasa aneh dengan aktivitas saya yang sudah seperti wartawan gak jelas :). Saya juga bingung harus menjelaskan dengan cara apa, apalagi kadang keluarga saya berpikir dengan gaya berlabel konservatif. Malah, pacar saya pernah complain dan bilang kalau saya cuma mementingkan berita dan berita. Kalau lagi mood, dia cuma bercanda dan bilang kalau saya ini lebih mirip wartawan daripada pns hahahaha....!
Well, hari ini pun sebenarnya saya kepentok deadline, tapi cuaca yang tidak bersahabat membuat aktivitas jadi terhambat. Kalau sudah begini, saya jadi suka menyalahkan diri sendiri yang memang kadang agak pentium 1 dalam mengerjakan advetorial. Sifat manja pun harus saya babat habis. Kalau deadline dah mengejar dan gak ada partner untuk menemani bertualang mencari bahan, saya kelimpungan. Akhirnya, saya sendiri yang dibuat bingung dan ribet dengan hal ini. Saya cuma berdoa semoga cuaca lebih bersahabat dan saya bisa menyelesaikan kerjaan saya malam ini juga....
Kalau akhirnya saya pelan-pelan bisa menikmati pekerjaan ini, maka dua alasan utamanya adalah suasana kerja yang menyenangkan dan tugas menulis yang diberikan atasan pada saya. Yup, alasan kedua menjadikan saya merasa (at least) sedikit menemukan diri saya yang dulu. Saya suka menulis sejak masih duduk di bangku SD. Waktu luang saya dihabiskan dengan menulis, menulis, dan menulis. Walaupun genre tulisan saya sekarang dengan yang dulu sangat jauh berbeda, tapi saya sudah cukup lega dengan tetap bisa menulis.
Dari fiksi bernuansa Korea dan Jepang, kini saya beralih ke berita atau advetorial penting mengenai kebijakan dan kegiatan pemerintah daerah. Dari imajinasi ke fakta yang gak boleh main-main. Akhirnya berkenalanlah saya dengan apa yang orang sebut deadline.
Berhubung advetorial yang kami pegang harus terbit tiap senin, maka wiken saya lebih banyak tersita untuk mengejar deadline minggu siang. Mulai dari menulis advetorial sampai mencari foto-foto yang sesuai. Kedengarannya sih gampang, tapi pada prakteknya lumayan ribet juga. Bayangin kalau harus mempromosikan suatu instansi sementara saya sama sekali buta tentang instansi tersebut dan segala programnya. Alhasil, saya dan teman pernah begadang dikantor orang demi mencari narasumber.
Sedikit-sedikit deadline....begitu mungkin keluhan orang-orang yang sering saya batalkan janjinya. Mulai dari undangan teman sampai ke acara piknik bersama sudah sering dilewatkan untuk deadline. Mengeluh? well, a little. Kadang merasa tertekan dengan schedule, tapi justru pekerjaan menulis ini yang membuat saya merasa menjadi diri saya di kantor. That's why, saya tidak pernah berpikir kalau deadline-deadline itu membebani saya. Walaupun, keluarga dan pacar pernah mengeluhkan urusan deadline ini. Ortu sering kebingungan melihat saya keluar malam untuk urusan 'deadline'. Mereka sering merasa aneh dengan aktivitas saya yang sudah seperti wartawan gak jelas :). Saya juga bingung harus menjelaskan dengan cara apa, apalagi kadang keluarga saya berpikir dengan gaya berlabel konservatif. Malah, pacar saya pernah complain dan bilang kalau saya cuma mementingkan berita dan berita. Kalau lagi mood, dia cuma bercanda dan bilang kalau saya ini lebih mirip wartawan daripada pns hahahaha....!
Well, hari ini pun sebenarnya saya kepentok deadline, tapi cuaca yang tidak bersahabat membuat aktivitas jadi terhambat. Kalau sudah begini, saya jadi suka menyalahkan diri sendiri yang memang kadang agak pentium 1 dalam mengerjakan advetorial. Sifat manja pun harus saya babat habis. Kalau deadline dah mengejar dan gak ada partner untuk menemani bertualang mencari bahan, saya kelimpungan. Akhirnya, saya sendiri yang dibuat bingung dan ribet dengan hal ini. Saya cuma berdoa semoga cuaca lebih bersahabat dan saya bisa menyelesaikan kerjaan saya malam ini juga....
Langganan:
Postingan (Atom)